6285859953099 pondokpesantrenalfatich@gmail.com

Sejarah Singkat

Sejarah Singkat
PONDOK PESANTREN AL-FATICH


Pondok Pesantren Al-Fatich dirintis/diinisiasi dan didirikan pada tahun 1988 oleh K.H. Ali Tamam bin Mbah H. Abdul Mu`in bersama istri yang senantiasa setia mendampinginya Nyai Hj. Nafi`ah binti Mbah H. Sa`id yang kala itu berlokasi di kelurahan Tambak Osowilangun V/10 Kecamatan Benowo Kota Surabaya dengan jumlah santri sebanyak 8 anak yang berarti mereka sebagai santri generasi pertama.

Saat santri generasi awal masih tinggal di lokasi asal (Tambak Osowilangun V/10) di ruangan yang bersebelahan dengan Zawiyah al-Tijaniyyah, beliau berdua sebagai yang mengasuh langsung para santri, mulai dari merawat kesucian dan kebersihannya, kebutuhan keseharianya dan tentu mengenalkan mereka huruf-huruf al-Qur’an  sampai akhirnya mereka bisa membaca dan menulis, lalu dikenalkan dengan ilmu dan pengetahuan dasar baik agama maupun sosial. Setelah berlalu dalam tempo yang tidak begitu lama, urusan pesantren yang masih berusia muda ini kemudian diamanahkan kepada putera sulung beliau yaitu H. Abdul Basith  (K.H.Abdul Basith al-Hafizh) dengan didampingi istrinya (putri menantu pendiri) yaitu Nyai Hj. Karimah Indariyati yang sekaligus menandai awal regenasi simbolik bahwa kepengasuhan pondok pesantren al-Fatich adalah berkelanjutan-berjenjang yang walupun saat itu putra-putri beliau belum seluruhnya siap berkkhidmah mengampu amanah orang tuanya. Dan pada saat itu pula rumah tinggal santri dipindah di lokasi saat ini (Jl. Raya Tambak Osowilangun 98-100 Surabaya). Selang beberapa waktu kemudian (tidak sampai satu tahun) disusul tenaga baru yang ikut bersama-sama mengampu dan mengasuh santri adalah putri ketiga pendiri yaitu Nyai Hj. Husnul Khotimah bersama suami yaitu KH. Abdullah Mahfuzh.

Sejak pusat kegiatan santri berpindah di lokasi saat ini dibawah asuhan KH. Abdul Basith bersama istri dan adik perempuanya Nyai Hj. Husnul Khatimah bersama suami perkembangan jumlah santri semakin bertambah, sedang K.H. Ali Tamam sendiri sebagai pendiri yang juga pengasuh pertama berperan aktif sebagai penasehat, pembina dan pembimbing sampai akhir hayatnya yaitu pada tahun 1997 , disamping memimpin jama`ah (ikhwan) thariqah at-Tijaniyyah yang umumnya mereka adalah kalangan wali santri dari wilayah Surabaya dan Gresik. Langkah ini beliau ambil tiada lain menjalankan arahan dan amanah guru utama beliau yaitu Al-Syekh Kiai Haji Muhammad bin Yusuf Sukodono Surabaya.

Lokasi pondok pesantren yang baru (Jl. Raya Tambak Osowilangun 98-100 Surabaya) dibanding dengan lokasi sebelumnya, adalah lebih strategis karena berada di tepi jalan raya jalur utama Surabaya - Gresik, sehingga mudah diakses baik dari dalam maupun luar kota.

Perkembangan pondok yang masih  baru ini cukup dinamis, dari tahun berdirinya 1988 dengan jumlah santri 8 anak, pada tahun 1989 bertambah menjadi 16 santri dan pada tahun 1990 menjadi 32 santri. Karena asrama santri sejak semula bertempat di rumah pengasuh dan sementara jumlah santri semakin banyak, maka pada tahun 1990 dibangunlah gedung asrama yang dapat menampung sampai 500 santri.

Sejalan pembangunan fisik pondok yang diikuti dengan perkembangan jumlah santri, maka masalah yang mesti diperhatikan adalah mutu pendidikan. Ta`allum al-Qur´ân, baik bi al-nazhar maupun bi al-ghaib yang merupakan program pendidikan utama dan pertama tetap harus dilestarikan dan dikembangkan. Pada tahun 1992 mulai dirintis dan dirikan Madrasah Diniyyah Al-Fatich, kemudian pada tahun 1994 didirikan Taman Kanak-Kanak Al-Fatih dan  Madrasah Ibtidaiyyah Al-Fatih, pada tahun 1995 disusul Madrasah Tsanawiyyah Al-Fatih dan pada tahun 2000 didirikan Madrasah Aliyah Al-Fatih. Dengan demikian kebutuhan akan pendidikan  bagi para santri telah terpenuhi di pondok ini.

Madrasah Diniyyah Al-Fatih sebagai unit pendidikan utama di lingkungan pondok pesantren Al-Fatih dengan model klasikal berjenjang mengacu pada madrasah diniyyah di pondok pesantren Tebuireng Jombang di era Hadhrah al-Syekh KHM. Hasyim Asy‘ari dari segi tingkatan kelas yaitu kelas satu (1) sampai  kelas sembilan (9) dan mengacu kepada pondok pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri dari segi materi pelajaran dan sistem pembelajarannya. Model ini dipilih karena adanya hubungan kesejarahan pendidikan pendiri dan para penerusnya, dimana KH. Ali Tamam Abdul Mui’in adalah salah seorang mutakhorrij (alumnus) pondok pesantren Tebuireng  Jombang dan para penerusnya adalah mayoritas mutakhorrij (alumnus) pondok pesantren Al-Falah Ploso Kediri. Dalam perkembangan selanjutnya madrasah diniyyah Al-Fatih terus berbenah diri bersamaan dengan bertambahnya santri dan beragamnya tuntutan dan perkembangan zaman, disamping itu saat itu (rentang waktu tahun 1994-1995) ke-enam putra-putri pendiri kesemuanya bersama pasangan masing-masing telah bersatu-padu mengemban dan meneruskan  cita-cita orang-tuanya dengan iringan doa ummil ma‘had yang tiada lain istri pendiri yang senantiasa menyertainya dan sekaligus merupakan kekuatan spiritual bagi putra-putrinya.